Header

Silakan baca tulisan saya, harap maklum dalam tahap mencoba. Mohon komentarnya, terimakasih atas kunjungan Anda, Jgn Lupa isi Buku Tamu y

Wednesday, November 2, 2011

More Delicious: komunikasi matematika (1)

More Delicious: komunikasi matematika (1): Hm, menyusun skripsi terkait kemampuan komunikasi matematika membuat saya banyak membaca buku dan artikel mengenai komunikasi matematika. Wk...
>> read more..

More Delicious: komunikasi matematika (1)

More Delicious: komunikasi matematika (1): Hm, menyusun skripsi terkait kemampuan komunikasi matematika membuat saya banyak membaca buku dan artikel mengenai komunikasi matematika. Wk...
>> read more..

Friday, September 9, 2011

Saturday, September 3, 2011

Selamat Datang di Halaman Ini: PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

>> read more..

Makna Mengerjakan Matematika

Siswa di kelas tradisonal sering menggambarkan matematika sebagai pekerjaan mencari jawaban. mereka mempertimbangkan tentang "penjumlahan" dan "mengerjakan perkalian". Berbeda dengan koleksi kata kerja berikut yang dapat ditemukan pada literatur-literatur yang membahas tentang perubahan ddalam pendidikan, dan semuanya digunakan dalam Prinsip-prinsip dan Standar, yaitu:
  • mengungkapkan
  • menyelidiki
  • menduga
  • menyelesaikan
  • membuktikan
  • menyajikan
  • merumuskan
  • menentukan
  • mengkonstruksikan
  • menguji
  • menerangkan
  • menggambarkan
  • mengembangkan
  • memperkirakan
  • menggunakan
Kata-kata ini menyatakanproses "memahami" dan proses "menjelaskan". Ketika siswa dilibatkan dalam bermacam-macam kegiatan yang didasarkan pada kata-kata kerja di atas, maka seharusnya tidak mungkin mereka hanya akan menjadi pendengar atau pengamat yang pasif. Mereka perlu secara aktif terlibat memikirkan ide-ide matematika yang dibahas. Jika kegiatan-kegiatan seperti ini dilakukan setiap hari di dalam kelas maka siswa akan memperoleh pesan yang menguatkan :
         "Anda mampu memahami ini.
          Anda mampu mengerjakan matematika!"
>> read more..

Lima Standar Proses


Secara garis besar, untuk semua jenjang sekolah, kemampuan dasar matematika dapat diklasifikasikan dalam lima standar kemampuan dengan indikator sebagai berikut.
1.        Pemahaman Matematika
Secara umum indikator kemampuan pemahaman matematika meliputi mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, dan idea matematika. Polya (Pollateksek et al.1981) merinci kemampuan pemahaman pada empat tahap, yaitu (1) pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh dapat mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana; (2) pemahaman induktif, yakni dapat menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa; (3) pemahaman rasional, yakni dapat membuktikan kebenaran rumus dan teorema, dan (4) pemahaman intiutif, yakni dapat memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut.
Berbeda dengan polya, Pollatsek et al (1981) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, (2) pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya dan menyadari proses yang dikerjakan.
Serupa dengan Pollaksek dan Skemp, Copeland (1979) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) pemahaman instrumental, yakni hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, dan (2) pemahaman relasional, yakni dapat mengaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya.
Mirip pendapat Pollatsek dan Skemp, Copeland (1979) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) knowing how to, yaitu dapat mengerjakan suatu perhitungan secara rutin/algoritmi, dan (2) knowing, yakni dapat mengerjakan suatu perhitungan secara sadar.

2.        Pemecahan Masalah Matematik (mathematical problem solving)
Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna. Pertama, sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang digunakan untuk menemukan kembali (reinvention) dan memahami materi/konsep/prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian secara induksi siswa menemukan konsep/prinsip matematika.
Kedua, sebagai tujuan atau kemampuan yang harus dicapai, yang dirinci dalam indikator (a) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, (b) membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, (c) memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan/ atau di luar matematika, (d) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban, dan (e) menerapkan matematika secara bermakna.

3.        Penalaran Matematika (Mathematical reasoning)
Beberapa kemampuan yang tergolong dalam penalaran matematik di antaranya adalah (a) menarik kesimpulan logis, (b) memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola, (c) memperkirakan jawaban dan proses solusi, (d) menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, atau membuat analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur, (e) mengajukan lawan contoh, (f) mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, membuktikan, dan menyusun argumen yang valid, dan (g) menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian dengan induksi matematika.
4.        Koneksi Matematil (mathematical connection)
Kemampuan yang tergolong pada koneksi matematik di antaranya adalah (a) mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, (b) memahami hubungan antar topik matematika, (c) menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari, (d) memahami representasi ekuivalen suatu konsep, (e) mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, (f) menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika.

5.        Komunikasi matematik (Mathematical communication)
Kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematik di antaranya adalah (a) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik, (b) menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, (c) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (d) membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis, (e) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi, (f) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
Adapun sikap yang harus dimiliki siswa di antaranya adalah sikap kritis dan cermat, objektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika. Sikap dan kebiasaan berpikir seperti di atas pada hakekatnya akan membentuk dan menumbuhkan disposisi matematik (mathematical disposition), yaitu keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.
Berdasarkan karakteristik berpikir matematik dan/atau kompetensi matematika di atas, pengembangan berpikir matematik dan/atau kompetensi matematika serta sikap siswa perlu diutamakan untuk siswa SD, SM, juga mahasiswa calon guru. Selain itu pemilikan kemampuan berpikir matematik terutama yang tergolong pada tingkat tinggi merupakan peluang untuk siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri, keindahan dan keteraturan matematika, dan menghargai pemdapat yang berbeda. Pengutamaan pengembangan berpikir matematik tersebut menjadi semakin penting manakala dihubungkan dengan tuntutan kemajuan IPTEKS dan suasana bersaing yang semakin ketat terhadap lulusan berbagai jenjang pendidikan.

Sumber: Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung. UPI Press.
>> read more..

pinggiralas: Hakikat Matematika

pinggiralas: Hakikat Matematika: Matematika adalah terjemahan dari Mathematics . Matematika lebih dari pada aritmetika, yakni ilm...
>> read more..

Pengertian Pendidikan Menurut UU dan Para Ahli | Maswins for Educations | Blog Pendidikan

>> read more..

Cara Menyusun dan Membuat Silabus | Maswins for Educations | Blog Pendidikan

>> read more..

Apa yang Lakukan Para Ahli dengan Matematika? | Maswins for Educations | Blog Pendidikan

>> read more..

Sejarah Matematika | Maswins for Educations | Blog Pendidikan

>> read more..

Pengertian Matematika | Maswins for Educations | Blog Pendidikan

>> read more..

Wednesday, August 31, 2011

Dunia Kata: Ketika Rindu Menyergap Kalbu

>> read more..

$GURU ”KREATIF” versus SISWA ”PEMALAS” atau ”Standar Nilai”??? $

              Terinspirasi dari salah satu acara di TV Swasta tentang guru-guru yang kreatif beberapa waktu lalu (Jum’at malam), saya mencoba menulis sebuah opini.
Dalam penyampaian materi pelajaran di sekolah seorang guru tentu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan.  Untuk menyalurkan ilmu yang dimiliki oleh guru kepada anak didiknya banyak langkah yang ditempuh, diantaranya membuat alat peraga, charta, ataupun LKS buatan sendiri, dll.  Tujuannya adalah agar siswa dapat mengerti materi pembelajaran yang telah disampaikan.  Dengan adanya alat bantu tersebut, serta metode pembelajaran yang diterapkan, pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik, siswa sebagai pusat pembelajaran, dan guru sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik.
Siswa sangat tertarik dengan  metode pembelajaran yang dilakukan oleh sang Guru, hal ini terlihat dari keaktifan mereka dalam proses belajar di kelas pada saat itu.
Kemampuan siswa akan materi yang telah diberikan, kemudian diukur dengan pemberian ulangan harian. Pada saat ulangan harian, beraneka ragam nilai yang muncul, sayangnya sebagian besar sangat mengecewakan (Tidak Tuntas). Kejadian seperti ini berlangsung terus menerus.  Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa sangat jarang mengulang pelajaran di rumah, minat belajar mereka sangat rendah.
Kadang kalau di tanya,  ada siswa yang  jawab ”Maklum, Bu..sekolah di Dusun...
Memang di daerah terpencil minim sarana prasarana pendidikan, juga karena faktor lingkungan, budaya masyarakat yang menurut pengalaman penulis dapat mempengaruhi minat belajar seseorang, bukankah”barang siapa yang berteman dengan tukang minyak wangi akan ketularan wanginya, tapi yang berteman dengan pandai besi akan tekena percikan apinya”. 
Namun siswa di daerah terpencil juga berhak akan pendidikan yang layak.
Berbagai seminar/pelatihan yang diikuti oleh Guru guna meningkatkan potensi diri, tapi apabila tidak didukung oleh lingkungan yang kondusif bagaimana mungkin tujuan pembelajaran akan tercapai, sementara keberhasilan siswa kita ukur dengan standar nilai.  Bagaimana guru bisa mengajar dengan baik apabila  di sekolah siswa masih harus ditegur masalah kedisiplinan (kewajiban guru tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran, bukan?), nilai siswa masih belum memenuhi standar nilai.
Jadi apakah siswa Pemalas atau Standar Nilai yang dapat membunuh kreativitas Sang Guru?
                                                                                                                                   
Penulis
>> read more..

Saturday, August 27, 2011

TUGAS-TUGAS MATERIKULASI 16 Juli - 19 Agustus 2011

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(tugas dari P'Somakim)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI I PENUKAL UTARA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DENGAN SNOWBALL THROWING
Oleh     :  Novi Komaryatiningsih
NIM    :  20112512039
Prodi    :  Pendidikan Matematika
 

I.  Pendahuluan
I.1  Latar Belakang
                        Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa.  Hal ini dikarenakan minat belajar siswa yang rendah, maupun metode pembelajaran di dalam kelas yang membosankan bagi siswa. Minat belajar matematika yag rendah ini dapat menghambat proses pembelajaran.  Dalam pembelajaran matematika di dalam kelas, peneliti lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.  Selama menggunakan kedua metode itu, peneliti merasa metode tersebut perlu dikembangkan, karena berdasarkan hasil evaluasi, diperoleh nilai matematika siswa belum mencapai target yang peneliti harapkan. Dari evaluasi  dapat dilihat sampai dimana perkembangan siswa sebagai peserta didik setelah mengalami pendidikan dan pembelajaran selama jangka waktu tertentu.  Menurut peneliti, rendahnya nilai matematika siswa juga disebabkan kurangnya minat belajar para siswa, dapat dilihat dari rendahnya motivasi belajar siswa. Peneliti meninjau hal ini melalui buku catatan, kelengkapan belajar siswa, dan kesungguhan dalam mengerjakan tugas. Untuk itu peneliti rasakan perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.  Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran.  Menurut Parnel dalam Purwanto Ngalim(2008:8);


” Pengukuran adalah langkah awal dari pembelajaran.  Tanpa pengukuran tidak akan terjadi penilaian.  Tanpa penilaian, tidak akan terjadi umpan balik. Tanpa umpan balik tidak akan terjadi pengetahuan yang baik tentang hasil.  Tanpa pengetahuan tentang hasil, tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam belajar”

 







Dari pendapat Parnel tersebut menunjukkan kepada kita kegiatan evaluasi membantu guru memperbaiki cara mengajar dan membantu siswa dalam meningkatkan cara belajarnya.
Berdasarkan penyebab rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika, salah satu upaya yang dapat peneliti lakukan adalah meningkatkan keterampilan dalam penyampaian materi menggunakan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia), dengan Snowball Throwing.
Akibat rendahnya minat belajar ini dampak bagi siswa adalah nilai matematika siswa rendah, belum mencapai KKM.  Minat belajar yang rendah ini mungkin diakibatkan karena proses pembelajaran di dalam kelas belum berlangsung dengan optimal, gaya mengajar peneliti yang membosankan bagi siswa.  Peneliti merasakan perlu adanya  perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga pembelajaran terasa lebih bermakna, salah satunya dengan model pembelajaran SNOWBALL THROWING melaui pendekatan PMRI.  peneliti menggunakan Lembar Aktivitas Siswa (LAS). 
Snowball Throwing merupakan teknik bertanya kelompok yang dilakukan setelah  siswa mendapatkan informasi materi pembelajaran dari ketua kelompok yang telah mendapatkan materi pembelajaran dari guru.
LAS merupakan suatu media pembelajaran berupa media cetak yang berisi ringkasan materi buatan peneliti.  Materi tersebut disesuaikan dengan Kompetensi Dasar/Indikator yang akan dicapai siswa, yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa atau hal-hal yang dekat dengan kehidupan siswa (kontekstual). Siswa diajak bekerja secara berkelompok menyelesaikan LAS, kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas.  Di akhir pembelajaran siswa dan guru melakukan refleksi, dan sebagai alat ukur keberhasilan pembelajaran pada hari itu, peneliti memberikan evaluasi berupa kuis.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berjudul ”MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI I PENUKAL UTARA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DENGAN SNOWBALL THROWING”

I.2  Perumusan dan Pemecahan Masalah
            Berdasar latar belakang masalah yang diungkapkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. apakah penerapan pembelajaran PMRI dengan Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa?
  2. apakah penerapan pembelajaran PMRI dengan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar   matematika siswa?

I.3.  Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Penukal Utara.

I.4   Manfaat Penelitian
Penelitian inibermanfaat bagi:
a.  siswa :
-  dapat meningkatkan motivasi belajar matematika
- pengalaman belajar baru bagi siswa sehingga dapat memperbaiki cara belajar siswa
b.  guru  : 
-  dapat meningkatkan keterampilan dalam penyampaian materi.
- dapat membantu meningkatkan ilmu pengetahuan
- dapat meningkatkan kualitas belajar siswa
c.  sekolah :
- untuk mengadakan perbaikan program pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa
- dapat mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran
d.  peneliti  : 
- dapat mengetahui bagaimana keefektifan metode-metode mengajar yang berbeda dalam pembelajaran matematika
- sebagai pengalaman berharga dalam peningkatan ilmu pengetahuan

II.   Tinjauan  Pustaka
            Matematika ada di sekitar kita. Pembelajaran matematika yang baik seyogyanya dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitar kita.  Dengan demikian, pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna. 
            Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan inovasi dalam pembelajaran matematika di Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Realistic Mathematic Education (RME) yang menggabungkan pandanangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan.  RME pertama kali dikembangkan oleh Freudenthal Institute Belanda yang didirikan pada tahun 1971.  Freudenthal berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani, siswa tidak boleh dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidik harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri.  Banyak soal yang dapat diangkat dari bernagai situasi (konteks), yang dirasakan bermakna sehingga menjadi sumber belajar.  Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkaitan dengan konteks (context-link solution), siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematika ke tingkat yang lebih formal.
            Menurut De Lange, pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI meliputi aspek-aspek berikut (Hadi, 2005):
a.        memulai pelajaran denga mengajukan masalah (soal) yang real bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara bermakna. 
b.       Permasalahan yang diberikan harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut
c.        Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan
d.       Pengajaran berlangsung secara interaktif; siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain) atau menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran
e.        Fenomena matematika dimanifestasikan dalam keterkaitan (interwining) berbagai sub pokok bahasan.
Pendekatan realistik adalah pendekatan yang sesuai dengan paradigma pendidikan dewasa ini yang lebih menitikberatkan siswa sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang.  Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan.  Dengan paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif dalam berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi.  Pendekatan realistik menginginkan adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar (Marpaung 2004 dalam majalah PMRI:27)
            Kata realistik dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan  oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata. (Zulkarnai 2002 dalam majalah PMRI hal:28)
Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran.  Langkah-langkahnya adalah sbb:
  1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
  3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
  4. Masing-masing peserta didik diberi satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
  5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik lain selama
  6. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
  7. Penutup

III.  Metode Penelitian
III.1 Variabel Penelitian
            Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar, PMRI, snowball throwing
III.2  Definisi Operasional Variabel
            Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pendekatan PMRI dengan metode snowball throwing
III.3  Subjek Penelitian
            Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Penukal Utara tahun pelajaran 2011/2012
III.4  Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi (Arikunto, 2006)
1.  Perencanaan
Tahap perencanaan berupa persiapan penelitian antara lain:
  1. merancang bahan ajar siswa
  2. merancang media pembelajaran berupa Lembar Aktivitas Siswa (LAS), lembar observasi, lembar angket siswa
  3. merancang alat penilaian untuk evaluasi (tes awal, tugas, tes akhir berupa ulangan)
  4. membagi siswa dalam kelompok
2.  Pelaksanaan Tidakan
            Penelitian ini dierncanakan akan dilaksanakan dalam siklus-siklus penelitian, yang meliputi 2 siklus, yang dibagi berdasarkan SK dan KD mata pelajaran matematika kelas XI IPS semseter I .  Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, guru melaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan PMRI dan sowballthrowing

3.  Pengamatan
            Pengamatan (observasi) dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum di lingkungan SMA Negeri I Penukal Utara.  Observer mencatat hal-hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan lembar observasi.
4.  Refleksi
            Kegiatan refleksi dilakukan berdasarkan data hasil pengamatan dan dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan.  Akhirnya dibuat perencanaan untuk kegiatan penelitian pada siklus berikutnya.

III.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, dan evaluasi hasil belajar berupa tes.  Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data sekolah, berupa profil sekolah, jumlah siswa dan hasil ulangan harian siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri I Penukal Utara
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa, digunakan skala 1 – 5, dengan kategori:
1 = tidak baik; 2 = kurang baik; 3 = cukup baik; 4 = baik; 5 = sangat baik
Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa, berupa ulangan harian yang dilakukan pada setiap akhir siklus penelitian.
Data penelitian, sumber data, dan instrumen yang diperlukan ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 1:
No.
Data/Variabel
Sumber Data
Instrumen Penelitian
1.
Data Sekolah
Kepala sekolah/guru
Dokumen sekolah
2.
Aktivtas belajar siswa
Siswa
Lembar observasi
3.
Hasil belajar siswa
Siswa
Soal tes tertulis

II.6  Teknik Analisis Data
            Teknik analisis yang digunakan adalah dskriptif kualitatif dan kuantitatif.  Sebelum dianalisis, data hasil observasi diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan rata-rata skor aktivitas pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 2:
Rentang skor
Kategori
  0  –  1,4
1,5 –  2,4
2,5 –  3,4
3,5 –  4,4
4,5 –  5
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Data hasil belajar siswa berupa ulangan harian menggunakan skala 1 – 100.  Data ini dianalisis dengan menggunakan analisis hasil ulangan harian.  Siswa dikatakan tuntas dalam pembelajaran apabila hasil evaluasinya mencapai KKM atau lebih.  Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas apabila hasil evaluasinya belim mencapai KKM.









Daftar Pustaka


Ngalim, Purwanto. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta :Rosda
PMRI. 2008. ”Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik” Majalah PMRI Vol.VI No.2
Putri, Ratu Ilma Indra. 2003.  ”Pengevaluasian Perangkat Pembelajaran Statistika Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di SLTP Negeri 17 Palembang”.  Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika tanggal 20 – 21 Agustus 2003 di Palembang

Sunardi, Waluyo Slamet, dkk. 2008.  Matematika SMA. Jakarta :Bumi Aksara













>> read more..

Wednesday, August 24, 2011

TUGAS BAHASA INGGRIS

Title:
NEW TEACHERS
 as A LITERACY LEADERS


Background (Problem/Fact)
The tensions that new teachers experience as they enter world of teaching

1:
 Develop your vision of teaching and be true it

Be creative in using instruction that works

Team with parents from diverse backgrounds



Reference
Turner, J.D,, Applegate, M.D., & Applegate, A.J. (2011). New teachers as literacy leaders. The Reading Teacher,     64(7), 550 – 552.





 Title:
You Need to Realize It in Yourself: Positioning, Improvisation, and Literacy
Problem
A learner’s classroom identitiy doesn’t match the teacher’s expectations.
What Should Be??
It may require the teacher to step back and consider the nature of agency in order to support each individual’s literacy development
We can respond the students whose do not meet our conventional expectation by viewing assigned reading and writing as invitations to take on meaningfull roles, and to remember that such roles are shaped by social dynamics of the classrooms.

Being aware that assignments are opportunities for identitiy work, teachers would do well to consider text as responses to the cultural worlds of our classrooms, school setting, and communities

Freshman Connection (FC) students were all classified as academically underprepared, but they were recruited to fill one of three additional categories

Student athlete
Recruited artist (music, theatre, and art)
A student from a nondominant cultural community
Reference
Mapes C.A. (2011). You need to realize it in yourself:positioning, improvisation, and literacy.  Journal of Adolescent&Adult Literacy,  54(7), 515 – 524.

Thanks 4 Your Attention

>> read more..

Tugas III Statistik


Tugas ke-3 Matrikulasi
Mata Kuliah :  Statistika





Nama :  Novi Komariyatiningsih




NIM :  20112512039
















Sejumlah 50 orang siswi SMA dan 30 orang siswa SMA diminta menjawab 
"SETUJU" atau "TIDAK SETUJU" terhadap ajakan Study Tour ke Bandung

Hasil Jawaban:






              Jawaban
Setuju Tidak Setuju Total



Status



Siswi 42 8 50



Siswa 9 21 30



Total 51 29 80











H1:  Di kalangan para siswa ada perbedaan sikap yang signifikan terhadap 
       ajakan Study Tour keBandung












H0:   Di kalangan para siswa tidakada/tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan 
        terhadap ajakan Study Tour keBandung




















              Jawaban
Setuju Tidak Setuju Total



Status



Siswi 31.875 18.125 50



Siswa 19.125 10.875 30



Total 51 29 80











Chi-square Prob 1.1499E-06





Chi-square Hit 23.6592308





Chi-suare Tab 3.84145915













@ Karena nilai chi-square hitung > chi-square tabel, maka H0 ditolak
@ Artinya ada perbedaan sikap yang signifikan antara siswa dan siswi SMA 

terhadap ajakan Study Tour ke Bandung










>> read more..

TUGAS SATISTIK II

Nama nilai yang sudah disort 0rder value nilai z yang sudah disort











1 65.00 50.00 0.02439 -1.97051 50.00





2 70.00 50.00 0.04878 -1.65679 50.00

3 80.00 54.00 0.073171 -1.45258 54.00

4 65.00 54.00 0.097561 -1.29557 54.00

5 50.00 65.00 0.121951 -1.16529 65.00

6 70.00 65.00 0.146341 -1.05225 65.00

7 70.00 65.00 0.170732 -0.95128 65.00

8 80.00 65.00 0.195122 -0.85918 65.00

9 65.00 65.00 0.219512 -0.77384 65.00

10 78.00 65.00 0.243902 -0.6938 65.00

11 70.00 65.00 0.268293 -0.61798 65.00

12 80.00 65.00 0.292683 -0.54556 65.00

13 68.00 65.00 0.317073 -0.4759 65.00

14 65.00 68.00 0.341463 -0.40847 68.00

15 76.00 70.00 0.365854 -0.34286 70.00

16 70.00 70.00 0.390244 -0.27868 70.00

17 80.00 70.00 0.414634 -0.21564 70.00

18 65.00 70.00 0.439024 -0.15344 70.00











19 50.00 70.00 0.463415 -0.09183 70.00




20 70.00 70.00 0.487805 -0.03057 70.00











21 80.00 70.00 0.512195 0.030573 70.00











22 65.00 70.00 0.536585 0.091835 70.00











23 75.00 70.00 0.560976 0.153443 70.00











24 70.00 75.00 0.585366 0.21564 75.00











25 65.00 76.00 0.609756 0.278683 76.00











26 80.00 76.00 0.634146 0.342855 76.00











27 95.00 78.00 0.658537 0.408472 78.00











28 54.00 78.00 0.682927 0.475899 78.00











29 70.00 80.00 0.707317 0.545564 80.00











30 76.00 80.00 0.731707 0.617985 80.00











31 80.00 80.00 0.756098 0.693804 80.00











32 80.00 80.00 0.780488 0.773842 80.00











33 65.00 80.00 0.804878 0.859175 80.00











34 78.00 80.00 0.829268 0.951278 80.00











35 70.00 80.00 0.853659 1.052254 80.00











36 80.00 80.00 0.878049 1.165288 80.00











37 65.00 80.00 0.902439 1.295575 80.00











38 80.00 80.00 0.926829 1.452576 80.00











39 95.00 95.00 0.95122 1.656795 95.00











40 54.00 95.00 0.97561 1.970505 95.00











>> read more..

TUGAS STATISTIK dari Dra. Ratu Ilma I.P.



Tugas Matrikulasi Mata Kuliah Komputer




Nama : Novi Komariyatiningsih



NIM : 20112512039





Dosen Pengasuh : Dr. Ratu Ilma Indra Putri, M. Si




















Daerah Sepatu






PALEMBANG 1450






JAMBI 1200






LAMPUNG 1000






BENGKULU 950






CURUP 450






LUBUK LINGGAU 480






MURA 1100






SEKAYU 880






OKI 580






PAGAR ALAM 1150















Diagram Batang

































































































































































































































































































































Diagram Lingkaran






























































































































































































































>> read more..